Senin, 18 April 2016

PADA WAKTUNYA

Ribuan detik telah berlalu pergi
Menjejaki sekian riwayat
Telusui sejarah
Mencipta cerita tanpa pamrih
Yang terukir pada wajah
Lusuh termakan usia
Persembahan tiada akhir ini
Kan terkenang selalu,
Selamanya Takkan berubah,
Namun berbuah karena mengubah
Kata yang terucap kini
Takkan mengungkap semua
Apa yang telah dikata,
Mimbar korban jadi saksi
Bahwa sabda Sang khalik
Menyata dalam setiap tutur dan laku
Waktu demi waktu, pasti
Bahwa cinta Tuhan selalu
Insan yang miskin rasa
Menjadi kaya tepat pad waktunya
Tuhan yang dirindu selalu
Ada selamat ulang tahun yang selalu datang tepat waktu
Terpendam dalam mampu
Karya yang tertuang mengekal dalam laku
Terukir selamanya meski lusuh
Namun tak pernah habis waktu
Untuk  yang dapat emas
April 2016
Jalan Salib: Jalan Kerahiman Ilahi
2016

Oleh Bilur-bilurnya kita menjadi sembuh
(Yesaya 52:13-53:12)

Pengantar: Umat beriman saudara-saudari yang terkasih, para peziarah, para pecinta dan pengikut salib Tuhan.
            Marilah kita mengikuti jalan salib Tuhan. Mengalami salib yang ditanggung Tuhan oleh kesalahan kita, dan kehendak kita yang sesat. Kita yang tercemar oleh dosa dibebaskan oleh derita Anak manusia.
            Umat Allah Keluarga Peziarah yang terkasih
Riwayat kebebasan manusia, kerinduan manusia akan keselamatan terlaksana dalam jalan derita. Jalan sengsara. Jalan yang demikian berat dijejaki oleh kaki suci. Kaki nan suci telusuri tapak keberdosaan manusia. Masuk dalam kelompok penjahat. Dihina, dikata sebagai penghujat Allah. Ludah para Pemuja-Nya membasahi wajah lusuh. Sengsara tak tertahankan, namun Tuhan menyapa dengan tidak keluh. Tanpa kata meski takut gerogoti raga rapuh dan jiwa lemah. Langkah tegar tetap maju. Tak hirau ancam bengis serdadu berkuda. Lecutan cambuk mencabik, mengukir bilur-bilur membekas pada tubuh. Setia pada salib adalah ikrar tiada akhir. Demi kita manusia yang kerap kali gusar, patah semangat, ingkar janji, mau ikut jalan sendiri, Mesias tetap kuat hadapi semua.
            Tuhan masuk dalam situasi peradilan, ketika manusia begitu leluasa mempermainkan keadilan. Yesus sang guru yang dulu berkata dengan bebas kini bisu, menanti hukum atas dirinya merenungi kisah sedih yang sedang dilaluinya. Penyakit kita dipikulnya sengsara kita ditanggungnya dengan salib yang demikian berat. Seperti anak domba yang diantar ke pembantaian ia tidak membuka mulutnya.
            Anak manusia kini seorang diri. Tak ada pembela baginya, dimanakah sorak-sorai Yerusalem, pujian rakyat atas dirinya sebagai Raja Sion. Suatu pernyataan yang tetap menjadi sebuah tanya. Terjawab dalam setiap sengsara yang dialami. Ibunda meratap pilu. Tangisi kesedihan hati. Menyaksikan sang Putra yang sedang lalui sakit derita.
            “Oleh bilur-bilurnya kita disembuhkan”. Derita-Nya sembuhkan derita kita. Kita disembuhkan oleh sengsara hebat. Luka yang menyanyat raganya, sembuhkan raga kita. Dosa dipulihkan dalam darah. Rasa sakitnya sembuhkan rasa sakit kita. Semangatnya sembuhkan kemalasan kita. Kekuatannya sembuhkan kelemahan kita.

Umat beriman saudara-saudari yang terkasih, para peziarah, para pecinta dan pengikut salib Tuhan.


            Ketika mata kita tertuju pada salib, disana kita memandang wajah kerahiman Ilahi. Salib kaya akan kerahiman Allah. Kerahiman Allah yang tak berhingga menembusi ruang dan waktu. Salib Kristus. Salib yang membawa selamat memancarkan sukacita ketenangan dan kedamaian. Wajah kerahiman Allah ini menatap manusia lalu kemudian menyapu, membersihkan situasi keberdosaan manusia. Wajah kerahiman Allah ini demikian tulus hingga selalu lebih dasyat dari dosa apapun. Tak ada yang dapat menempatkan batas belas kasih kerahiman Allah untuk megampuni manusia. Karena itu, ketika kita mengikuti jalan salib Tuhan, kita menelusuri jalan kerahiman Allah. Kita sekalian masuk mengalami kasih kerahiman Allah, mengampuni yang berdosa dan menanamkan pengharapan bagi yang putus asa. “ Jalan salib : Jalan Kerahiman Ilahi”. Jalan yang mengantar manusia pada keselamatan. Jalan Pengampunan. Dengan jalan salib ini, kita juga belajar menjadi jalan yang menghantar saudara kita pada rumah Bapa. Rumah idaman setiap pengembara yang berkelana di bawah kolong langit ini. Menjadi jalan yang tidak pilih kasih. Siapa saja boleh lewat entah itu seorang pengemis atau seorang konglomerat kenamaan. Jalan salib, Jalan yang menakutkan, mengerikan dan kerap kali menggelisahkan. Tidak semua mau jalan.  Tidak semua orang mau menjadi jalan. Akankah kita mengikuti jalan salib Tuhan ?
 
Jalan Kerahiman
Kasih setia tetap mengekal
Dalam waktu
Dulu, kini dan selamanya
Kabar itu,
Entahkah kabar gembira
Ataukah kabar duka
Yang harus di jalani
Rahim yang telah di jamah Allah
Diam dan tinggal tetap, dalam diri
Menyatu dalam raga insani
Menjadi manusia yang harus tanggung derita
            Barangkali orang bangga
Ketika  anak manusia menegakkan keadilan
Untuk orang-orang yang diperas
Memberi roti untuk orang yang lapar
Membebaskan orang yang tertindas
            Menegakkan orang yang tertunduk
Mengasihi tanpa pandang bulu
Menjaga orang asing, anak  yatim dan janda
Menyembuhkan orang yang patah hati
Dan membalut luka mereka
Dan yang tertindas diluputkan
Jalan kerahiman ini
Jalan yang telah digariskan
Akankah hadapi semua
Kini, hati duka
Saksikan misteri agung
Rahasia yang harus ditebus dalam darah
Luka tersayat
Bilur-bilur perih
Hina pada palang hina
Menahan pasrah
Setiap jalan yang dilalui
Menyaksikan anak jatuh parah
Semuanya ku tanggung rahasia ini
Tetap tersimpan dalam hati


Taman Kerahiman

Taman Kerahiman


Saat yang dinanti hampir tiba
Anak manusia bersimpuh di bawah kaki semesta
Beratapkan langit beralaskan bumi
Malam mencekam menghancurkan keresahan jiwa
Akan kemanakah aku ini ?
Sepatah kata demi kata
Mendaraskan doa pasrah kepada Bapa
Tentang jalan yang harus dilalui
Demikian berat tanggung semua ini
Ikhlas kah Bapa menerima?
Panjat doa tak terkira ini
Gemetar,……
Gemelutuk rahang
Takut hadapi semua ini
Gemuruh sunyi malam
Sepoi angin basah
Sendiri merenungi nasib yang demikian berat
Biarlah piala ini lalu ya Bapa
Nestapa pilu
yakinkah hati menerima semua
Tentang salib
Palang hina yang menimpa raga
Telusuri nasib yang telah digariskan Allah
Darah menetes basahi rerumputan Getsemani 
Taman kerahiman Allah
Pancarkan sukacita, ketenangan, dan damai
Dari wajah suci tanda kasat mata
Baharui manusia pendosa
Pancaran cahaya malaikat kuatkan raga yang letih
Dimangsa karya sepanjang hari yang telah dilalui penuh
Tentang mujizat dan nasihat bijak kehidupan
Tentang cerita cinta tanpa pamrih
Di  jalan derita ini
Mesias tengadah menatap pasrah

Menerima semua ini,…….. 

Jumat, 01 April 2016

Renungan Harian Singkat

Markus 16:9-15 (TB) Setelah Yesus bangkit pagi-pagi pada hari pertama minggu itu, Ia mula-mula menampakkan diri-Nya kepada Maria Magdalena. Dari padanya Yesus pernah mengusir tujuh setan. Lalu perempuan itu pergi memberitahukannya kepada mereka yang selalu mengiringi Yesus, dan yang pada waktu itu sedang berkabung dan menangis. Tetapi ketika mereka mendengar, bahwa Yesus hidup dan telah dilihat olehnya, mereka tidak percaya. Sesudah itu Ia menampakkan diri dalam rupa yang lain kepada dua orang dari mereka, ketika keduanya dalam perjalanan ke luar kota. Lalu kembalilah mereka dan memberitahukannya kepada teman-teman yang lain, tetapi kepada mereka pun teman-teman itu tidak percaya. Akhirnya Ia menampakkan diri kepada kesebelas orang itu ketika mereka sedang makan, dan Ia mencela ketidakpercayaan dan kedegilan hati mereka, oleh karena mereka tidak percaya kepada orang-orang yang telah melihat Dia sesudah kebangkitan-Nya. Lalu Ia berkata kepada mereka: "Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk. http://www.bibleforandroid.com/v/b012e3bc5ca3
Renungan:
  Warta injil pada hari ini berbicara tentang: penampakan Tuhan, ketidakparcayaan para murid, dan tugas perutusan.
Tuhan tidak mati dan tidak terperangkap dalam makam. Drama penyaliban telah berakhir. Tuhan mengalahkan maut. Tuhan sudah bangit dari kematian. Penampakan Tuhan hendak meyakinkan para murid bahwa Ia telah hidup kembali. Kedegilan hati mereka itulah yang membutakan mata mereka untuk melihat Tuhan.
Inti iman kita adalah Kebangkitan. Kebangkitan itulah yang membuat kita selamat dari maut dan dosa. Tuhan telah tinggal dan diam di antara kita. Keparcayaan total pada tuhan yang kuasa menyanggupkan kita untuk sanggup mengarungi kehidupan ini. Karena itu mari serahkan seluruh hidup kita pada Tuhan dalam doa dan kurban.